Sunday 28 April 2013

cerita sahabat



Cerita sahabat
“Jangan tanya Gue” ujar Dona sambil meletakkan tangan di dadanya sambil tetap sibuk dengan buku Biologinya, Fanesa tersenyum melihat tingkah lucu Dona
“terus Gue harus tanya sama siapa?” Jody mulai kesal pada dua shabatnya itu, dari tadi Dia bertanya tentang pendapat mereka tentang Cewek yang Di taksirnya tapi keduanya malah sok sibuk dengan buku-bukunya
“ya Jod kita lagi sibuk jadi jangan di ganggu” ujar Fanesa sambil menutup bukunya
“Buku lo udah di tutup berarti belajarnya udah dong” Jody tetap gak mau kalah
“siapa bilang?” sekarang Fanesa membuka buku pelajaranya yang lain, Jody merenggut kesal, tapi Dia tetap duduk di antara Dona dan Fanesa
“Eh Jod bedanya Teori Darwin dan Larmack tuh gimana sih?” Tanya Dona Teori itu Dia dapat dari buku yang baru di bacanya
“Ah kamu Don beda Teori gitu ajha kamu gak Tahu”
“Ya makannya jelasin Dong!”
“Jadi gini kalau menurut Darwin itu dulu jerapah ada yang berleher pendek sama yang panjang terus gara-gara pepohonan tinggi jadi jerapah leher pendek tuh kalah jadi dia gak bisa terus berkembang biak punah deh teori Darwin kan gitu siapa kuat dia menang pas banget sama hukum rimba”
“Terus kalau Larmack?” Dona mengejar penjelasan Jody
“Kalau Larmack Ahhhhhh!” Jody berteriak kesal membuat keduanya kaget
“kenapa sih jod?” Tanya Dona dan Fanesa yang kebigungan kenapa tiba-tiba Jody berteriak seperti itu
“kalian gak adil sama Gue giliran Gue yang nanya kalian gak jawab komen pun gak tapi giliran kalian nanya Gue jawab” Jody kesal udah terlanjur menjawab pertayaan Dona
“ya udah kalau lo gak mau jawab Gue cari di perpus aja” Dona beranjak menuju perpus
“Don tuggu Gue ikut” ujar Fanesa
“Kok Gue malah di tinggal sih?, oii tunggu!” Jody berlari mengejar dua sahabatnya itu
“Aku kasihan sama Jody Nes..” ujar Dona saat mereka belajar bareng di rumah Dona, Jody tidak di ajak karena ini belajar plus mendiskusikan tentang Jody
“Lu pikir Gue gak gitu, sama Na”
“kenapa ya Jody harus suka sama Vera?, kenapa gak sama Mimi aja gitu”
“yeah Lu Na namanya juga orang suka masa bisa di suruh-suruh ini masalah hati gak bisa di mengerti tau” ujar Fanesa sambil mengambil camilan di atas meja
“Lu kan tau Vera Nes…”
“ya makanya Gue no komen waktu Dia tanya kemarin, bukan apa-apa sih Lu tau kan sama Jody kalau sudah suka pasti maksa”
“kita kasih bukti ke dia yuk, kalau Vera itu orangnya Playgirl”
“caranya? Vera tuh gak bakal mau, apalagi kalau Dia tau Jody suka ma Dia, Dia pasti bakal Jaim banget di sekolah”
“Emm gimana ya enaknya” Dona berfikir tiba-tiba, “Trit trit trit” suara HP Fanesa berbunyi
“eh Na Jody nelfon gimana?”
“angkat!, angkat ajha!” Fanesa mengagkat telfon Jody sambil menaruh telunjuknya di bibir Dona langsung tutup mulut
“Hallo Fan” suara Jody di sebrang, Jody emang biasa memanggil Fanesa dangan sebutan Fan tidak sama dengan Dona yang lebih akrab memanggil Nes
“iya apa?”
“ke rumah Dona yuk!”
“dugh gimanaya Gue lagi di pasar nie ngantar nyokar Gue”
“serius Lu ada di pasar tumben…?”
“apanya yang tumben emangnya Lu pikir Gue Cuma bisa jadi anak Mall gitu?” kesel juga denger kata tumben dari Jody
“ya maksud gue tumben gitu di pasar sepi…”
“ya kan gue emang cari tempat yang sepi buat terima telphone”
“tumben lagi nih di pasar ada tempat sepi”
“Lu kenapa sih Jod ganggu ajha, udah ah Gue sibuk nih…!”
“ya ya sory tuan putri, ya udah gue telphone Dona ajha”
“ngapai telphone Dona?”
“urusan gue nie, Lu gak usah tau”
“ih rese’ Lu ya udah Assalamualaikumn”
“walaikumsalam” suara Jody terdengar menjawab salam, Fanesa langsung menutup Hpnya
“gimanaa?” tanya Dona cemas
“Dia bilang mau telphone kamu”
“dugh gimana nih, Dia pasti marah banget kalau tau Lu di sini tanpa bilang Dia, kita atur Strategi”
“gini jha Gue pulang ”
“serius PRnya kan belum kelar”
“ya gak papa lah nanti malem kan Gue bisa ke sini lagi biar sama Jody sekalian”
“oke hati-hati di jalan ya”
“yupz” Fanesa bersamalaman dan mencium pipi kiri dan kanan Dona
Tanpa keduanya sadari ternyata orang yang mereka hindari sudah berdiri di depan pintu rumah Dona, saat kedunya membuka pintu mereka harus kaget karena Jody sudah berdiri seperti satpam dan menatap tajam kedua sahabatnya itu
“Jody” ujar Dona
“ini pasarnya?, udah mulai gak jujur sama shabat sendiri!”
“maksud Lu Jod?” dona berusaha menguasai keadaan
“gak usah sok gak ngerti deh Na, Lu paham kan maksud Gue”
Fanesa hanya menunduk karna dia tau persis yang di maksud Jody “Sory Jod bukan maksud Gue gak jujur sama Lu tapi”
“Tapi apa Hah?!” jodi memotong kalimat Fanesa “Gue kecewa sama kalian sumpah Gue kecewa pertama kalian udah sok cuek masalah cewek yang Gue taksir, kedua Lu Fan gak ngajak Gue ke sini, ketiga kalian udah sekongkol gak jujur sama Gue mau kalian apa sih kalau kalian udah gak mau shabatan ma Gue? bilang!, Gue juga gak bakal maksa kalian jadi sahabat Gue bukan menghindar kayak gini, cara kalian ini kayak anak kecil tau!” ujar Jody dengan nada tinggi, lalu Dia melangkah pergi
“Jod apa yang Lu kira gak sama dengan apa yang terjadi!” teriak Dona, Jody hanya menoleh dan menaiki sepeda motornya
Air mata Fanesa mulai mengalir Dia menangis karEna sudah mengecewakan sahabat yang udah Dia anggap saudara, Fanesa memang gampang nagis beda sama Dona yang lebih bisa menguasai diri
“gak usah nagis Nes” ujarnya sambil meranggkul sahabatnya itu
“Gue, Gue salah Na gue salah udah gak jujur ama Jody ini salah Gue Na sampe Jody marah kayak gitu”
“Lu pikir Gue gak? Gue juga tapi gak apa-apalah gak usah sedih kita gini kan juga buat kebaikanya Jody juga kan Nes”
“tapi Na”
“ssstt gak papa yang penting kita usaha dulu buat memperbaiki semuanya, Gue yakin kita bisa, Oke?”
Fanesa menggangkat wajahnya “oke!”
“gitu dong, ke dalem lagi yuk, besok paling si Jody udah mau contoh PR” Fanesa tersenyum dan mengkuti ajakan Dona
Ternyata prediksi mereka salah, kesokan harinya Jodi bersikap dingin pada dua sahabatnya itu, Dona dan Fanesa hanya saling pandang tak mengerti harus bagaimana, biasaya Jodi duduk di belakang mereka berdua tapi hari ini gak, Jodi malah duduk di sebelah Vera dan merangkul Vera dengan mesra, Dona dan Fanesa mematung melihat kemesraan mereka, Dona kesel sekali harus melihat ini semua kenapa juga shabatnya itu harus menjadi pacar orang yang sangat tidak di sukainya di sekolah ini, Dona mengebrak bagkunya dan berlari ke luar kelas, Fanesa melihat Jody sekilas dan mengejar Dona, Jody kaget dia gak habis fikir shabatnya bisa se marah itu, hati kecilnya ingin menyusul namun pelukan Vera tidak bisa Dia tinggalkanya
Dona lari ke taman belakang Dia duduk dan menangis Fanesa perlahan mendekati Dona, Dia bingung kenapa sahabatnya itu harus menagis padahal kemaren Dia baik-baik aja bahkan menghiburnya dengan ceria
“Na” ujar Fanesa sambil perlahan menyentuh pundak Dona, Dona langsung memeluk tubuh sahabatnya dan menangis dalam pelukanya
“Lu kenapa Na?”
“Gue gak suka Jody jadain sama Vera Nes, sumpah Gue gak suka” ujarnya terbata-bata
“iya Na Gue paham jangan kira Gue juga suka apa Jody sama Vera tapi mau di apain lagi coba?, biarin jha siapa tau nanti Dia sadar dan bisa balik lagi ke kita” Dona diam tidak bisa menjawab tetap dangan tagisannya Dia gak bisa bohong sama perasaannannya sendiri kalau Dia telah menyayangi Jody lebih dari sahabat bahkan saat Dia dan Fanesa akrab
“Nes,” ujar Dona sembari melepas pelukannya “Gue gak bisa bohong sama diri Gue Nes, Gue Gue sayang sama Jody”
“iya Na Gue paham Gue juga sayang kok sama Dia”
“tapi sayang Gue beda Fan, Gue sayang sama Dia lebih dari sahabat makanya tadi saat Gue lihat mereka mesra di kelas kayak ada rasa yang sakit Fan di sini” ujar Dona sambil menunjuk dadanya Fanesa langsung memeluk erat sahabatnya itu
“sabar ya Na, sabar” Dona kembali menangis di pelukan sahabatnya
Di kejauhan di balik pohon yang rindang ada seseorang yang sukses mendengar pembicaraan mereka berdua Dia adalah sosok yang baru mereka bicarakan, Jody menatap nanar ke arah Dona dan Fanesa, ingin rasanya Dia menghampiri Dona memeluknya memegang tanganya dan membisikkan kata-kata yang dapat meyakinkannya bahwa Dia akan selalu ada untuknya dan gak akan pernah meninggalkan Dia sendirian, namun hal itu hanya khayalan karna kakinya kelu lebih kelu dari saat Dia akan maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal FISIKA, mulutnnya kaku untuk berkata-kata, lebih kaku dari saat Dia perentasi di depan kelas
Kenapa Dia harus tahu sekarang saat kemarin malam Dia beranggapan bahwa sahabatnya itu tidak akan pernah memberi balasan atas rasa sayangnya yang lebih dari sahabat, kenapa dia baru tahu sekarang saat dia memutuskan untuk melupakan dan hanya menggapnya sebagai sahabat, kenapa Dia baru tau skarang saat tadi malam pikirannya kelu atas pertengkaran itu memutuskan menembak Vera lewat SMS yang singkat kenapa harus terlambat
Dengan tanpa semagat Dia duduk gontai di kursi koridor sekolah
“sayang Gue cari ke seluruh sekolahan ternyata di sini” Vera datang dan merangguk pundak Jody “Lu kenapa sayang” ucap vera sambil menyentuh pipi Jody mesra, Jody menurunkan tangan Vera
“Gue gak apa-apa kok”
“Beneran kok lesu gitu sih”
“Ah Lu kan baru tau Gue jadi” tiba-tiba Dona dan Fanesa lewat di depan mereka, perkataan Jody terpotong demi melihat dua shabatnya itu “Na tunggu” entah kekuatan dari mana yang bisa membuat Jody memanggil Dona, Jody hendak berdiri menggejar tapi Vera keburu menarik tanganya “Ke kantin ajha yuuk” ajak Vera
“tapi masih ada urusan bentar”
“Ah, sayang mereka itu sahabat yang baik mereka pasti mau ngasih waktu lebih buat kita, kita kan baru jadain mereka pasti ngerti kan” ujar Vera merengek
“Oke kita ke kantin Lu bener mereka sahabat yang baik” “bahkan sangat baik” ujar hati Jody
Hari-hari berikutnnya Fanesa harus merasa kesepian karna Dona sudah 3 hari gak masuk gara-gara sakit, saat Dia menyambagi rumah Dona kemarin sahabatnya itu baru keluar dari rumah sakit kata mamanya sih sakit typus gara-gara sering makaan buah yang kecut tapi Fanesa yakin penyebabnya bukan hanya buah itu Dia yakin ada hal lain yang menjadi penyebabnya yang lebih parah dari buah kecut. Jody berjalan masuk kelas dengan tas di punggung saat melihat Jody tenyata Fanesa baru menyadari ada sesuatu yang aneh juga saat 3 hari yang lalu Vera, iya Vera sudah lama gak kelihatan jalan dengan Jody malah uring-uringan kalau deket Jody malah Vera sekarang lebih deket dengan Tio. Jody melintasi meja Fanesa, Fanesa fikir Dia akan langsung duduk di bangku pojok tempat favoritenya sejak mereka bertiga bertangkar, tapi Fanesa salah Jody malah duduk di samping Fanesa, Fanesa menoleh pada Jody, Jody pun begitu
“Fan kita harus bicara”
“bicara untuk apa?” tanya Fanesa
“banyak hal terutama tentang Dona”
“Oke”
“nanti istirahat ya” Fanesa mengganguk dan berdiri menuju tempat tapanya di pojok bangku
Mereka berjalan berdampingan menuju taman sekolah dan duduk di rumput yang sedang bersemi
“Gue udah tau” ujar Jody dengan tatapan terfokus ke depan
“tau apa?” tanya Fanesa tak mengarti
“tentang prasaan Dona sama Gue”
“siapa yang kasi tau?”
“Gue denger dari percakpan kalian di belakang sekolah waktu itu” Fanesa kaget tapi Dia senang juga tak perlu repot-repot bilang paada Jody dari awal
“Lu udah bikin Dia sakit hati Jod”
“Gue tau Fan makanya bantu Gue buat minta maaf sama dia”
“Lu sayang sama Dona” Jody menarik nafas panjang
“jujur Fan gue sayang sama Dona saat Gue gak kenal sama Lu, saat pertama Gue masuk sekolah ini”
“terus kok Lu nembak Vera?” jody kembali menarik nafas
“kemarin saat gue minta pendapat kalian masalah Vera Gue berharap menemukan kecemburuan di wajah Dona karena Gue udah gak kuat nahan perasaan ini tapi apa nyatanya Gue harus puas dengan sikap cuek kalian, jangan Lu kira Gue gak nekan perasaan Gue sama Dona, Fan Gue tersiksa banget Gue takut nembak Dia karna Gue takut kehilangan Dia, gue takut Dia malah membenci Gue jadi lebih baik aku begini saja dari pada harus kehilangan Dia hingga aku ga kuat banget buat nekan prasaanku Gue memutuskan sok minta pendapat kalian tentang Vera Gue berharap ada kecemburuan di muka Dona dengan begitu setidaknya Gue tahu kalau Dona juga ada rasa sama Gue tapi nyatanya apa Gue harus puas dengan sikap cuek kalian di tambah lagi sore itu kalian malah membohongiku itu seolah menjadi tanda bahwa gak ada kesempatan lagi buat Gue mendapat rasa sayang Dona”
“buat masalah kemarin Gue minta maaf Gue baru tahu kok kalau Dona punya rasa lain sama Lu”
“sekarang kamu punya ide buat minta maaf plus nyatain perasaan Gue ke Dia” Fanesa menggeleng
“tapi yang pasti habis sekolah kita ke rumah Dona”
“ide bagus”
“Na” sapa Fanesa Dona yang duduk mematung dengan selang infus di balkon kamarnya menoleh
“Nes” ujarnya
“gimana udah mendingan typusnya?” Dona tersenyum
“lumayan lah Lu aneh deh”
“aneh kenapa?”
“gak kayak biasanya aja kalau kesini”
“ah gak kok”
“infusnya masih belum bisa di buka ya bikin jelek aja” Jody sudah berdiri di depan Dona dengan tatapan yang tak dapat di artikan, Dona tertunduk menghidar dari tatapan itu
“Na Lu kangen Jody kan” Fanesa menggoda
“Lu gak bareng cewek Lu kan?” tanya Dona ragu-ragu
“emmm bareng kok”
“kok gak di suruh masuk” ujar Dona dengan nada yang di tekan
“ngapain wong cewek Gue tuan rumahnya kok” Jody tersenyum penuh arti memegang tangan Dona yang di ikat infus “Lu masih sayang kan ma Gue?” Dona melepaskan tangan Jody, Jody kaget
“Na” ujar Fanesa lembut “kenapa? Bukannya?”
“kita bertiga sahabat Nes gak boleh ada rasa lebih dari itu”
“Na cinta itu anugrah kita gak boleh menyia-nyiakanya Lu kan yang sering bilang anugrah itu gak boleh di sia-sia kan sekarang pun begitu Na”
“tapi Nes gimana sama Lu”
“Gue gak apa-apa Na sumpah mau kalian pacaran sahabatan tunangan nikah terserah yang penting dalam keadaan apapun kita masih sahabat karena kita sahabat”
“makasih Nes” Dona memeluk Fanesa erat “emang Gue Cuma boleh berdiri menyaksikan ya? gak dapat pelukan juga” ujar Jody iri Mereka berdua malah menertawakan kalimat Jody


No comments:

Post a Comment