Saturday 20 April 2013

peNetap kan Periotas Masalah


MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH


Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan masalah dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan (Azwar, 1996).
Ada beberap teknik atau metode yang dapat digunakan untuk menetapkan prioritas masalah baik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif sebagai berikut.
A. Metode Kuantitatif
1. Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique)
Kriteria yang dipergunakan banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:
a. Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya. Beberapa ukuran pentingnya masalah sebagai berikut:
­ Besarnya masalah (prevalence)
­ Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)
­ Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
­ Derajat keinginan masyarakat yang tidak dipenuhi (degree of unmeet need)
­ Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit)
­ Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
­ Suasana plitik (political climate)
b. Kelayakan teknologi
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut.
c. Sumber daya yang tersedia
Makin tersedia sumberdaya yang dapat dipakai seperti tenaga, dana dan sarana untuk mengatasi masalah (resource ability) makin diprioritaskan masalah tersebut.

Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya paling besar. Contoh sederhana adalah sebagai berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXXTHYXXeoymk_KziaNzFn8tFIr_LfD93MXYrpBkdxYfOWJklhjoYwzR-XdrqlUhjy6fZRB2ypdJGFcfl9Cl1rVkuhoG3SuW7AuuP-Er2C8BpKYrJWl5bpgWdUeD_Wia5lypqLPImC3rOB/s320/PRIORITAS+MASALAH+1.PNG

2. Metode Delbeq
Pada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan bobot (yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 100 dengan kriteria:
a. Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang ada kemungkinan terkena masalah serta keterlibatan masyarakat dan instansi terkait.
b. Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas, kecenderungannya dari waktu ke waktu.
c. Biaya/dana yaitu besar atau jumlah dana yang diperlukan untuk mengatasi masalah baik dari segi instansi yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian masalah atau dari masyarakat yang terkena masalah.
d. Kemudahan yaitu tersediannya tenaga, sarana/peralatan, waktu serta cara atau metode dan teknologi penyelesaian masalah seperti tersediannya kebijakan/peraturan, petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis) dan sebagainnya.

Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:
a. Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10)
b. Isi setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor masing-masing masalah. Besarnya skor tidak boleh melebihi bobot yang telah disepakati. Bila ada perbedaan pendapat dalam menentukan besarnya bobot dan skor yang dipilih reratanya.
c. Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya berdasarkan jumlah skor yang tertinggi sampai terendah.

3. Metode Hanlon (Kuantitatif)
Metode ini hampir sama dengan metode Delbeq, dilakukan dengan memberikan skor atas serangkaian kriteria A, B, C dan D (PEARL).
A = Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok
penduduk yang terkena masalah serta keterlibatan
masyarakat dan instansi terkait. Skor 0-10 (kecil-
besar).
B = Kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas,kecenderungannya dari
waktu ke waktu. Skor 0-10 (tidak gawat - sangat
gawat).
C = Efaktifitas atau kemudahan penanggulangan
masalah, dilihat dari perbandingan antara perkiraan
hasil atau manfaat penyelesaian masalah yang
akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana
dan cara) untuk menyelesaikan masalah. Skor 0-10
(sulit – mudah).
D = PEARL
Berbagai pertimbangan dalam kemungkinan
pemecahan masalah. Skor 0 = tidak dan 1 = ya
P = Propriatness yaitu kesesuaian masalah
dengan prioritas berbagai
kebijaksanaan/program/kegiatan
instansi/organisasi terkait.
E = Economic feasibility yaitu kelayakan dari
segi pembiayaan.
A = Acceptability yaitu situasi penerimaan
masyarakat dan instansi terkait/instansi
lainnya.
R = Resource availability yaitu ketersediaan
sumber daya untuk memecahkan masalah
(tenaga, sarana/peralatan, waktu)
L = Legality yaitu dukungan aspek
hukum/perundangan-undangan/peraturan
terkait seperti peraturan
pemerintah/juklak/juknis/protap.

Setelah kriteria tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya menghitung nilai NPD dan NPT dengan rumus sebagai berikut:
NPD = Nilai Prioritas dasar = (A + B) x C
NPT = Nilai Prioritas Total = (A + B) x C x D
Prioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi. Metode Hanlon (Kuantitatif) ini lebih efektif bila digunakan untuk masalah yang bersifat kuantitatif. Contoh sederhana adalah sebagai berikut

4. Metode Hanlon (Kualitatif)
Metode Hanlon (Kualitatif) ini lebih efektif dipergunakan untuk masalah yang bersifat kualitatif dan data atau informasi yang tersediapun bersifat kualitatif miaslkan peran serta masyarakat, kerja sama lintas program, kerja sama lintas sektor dan motivasi staf.
Prinsip utama dalam metode ini adalah membandingkan pentingnya masalah yang satu dengan yang lainnya dengan cara “matching”. Langkah-langkah metode ini adalah sebagai berikut:
a. Membuat matriks masalah
b. Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada sumbu vertikal dan horisontal.
c. Membandingkan (matching) antara masalah yang satu dengan yang lainnya pada sisi kanan diagonal dengan memberi tanda (+) bila masalah lebih penting dan memberi tanda (-) bila masalah kurang penting.
d. Menjumlahkan tanda (+) secara horisontal dan masukan pada kotak total (+) horisontal.
e. Menjumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukan pada kotak total (-) vertikal.
f. Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di bawah kotak (-) vertikal.
g. Jumlah hasil vertikal dan horisontal dan masukan pada kotak total.
h. Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai tertinggi adalah urutan prioritas masalah.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtt9kukZ7JKEwBYaM_2h_2_yT14p0BM-_v2Ute2RAZDU8N6DTbAyl1kQpLKxbN1LTFxXmjzbdt65z4MVa3DMDvZdq-Dpcxds3x8WPSPV-i_mmpcYE_nSdmO8sfdk68aJ0ILwW8rIUiTvXS/s320/Metode+Hanlon+4.PNG

5. Metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau
tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/teknoloi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau
juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata.
Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L
Contoh pemakain metode CARL adalah sebagai berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkXRzk-UkC2lILkRZfexupgjOQ80euUTn9bHhBbSREhAtoGdpjBVm7zu6kqVko9_jdsZ02we2P2BCeGcPIxVDS8UsfG9_LyXZ4F8ZM-2HxLHn1SvPsFaTb7Y_njqLakO4WbtuPhg_f1giR/s320/Metode+CARL+5.PNG


6. Metode Reinke
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah
yang dapat dilihat dari % atau jumlah/kelompok
yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat
serta kepentingan instansi terkait.
I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu
tingginya angka morbiditas dan mortalitas serta
kecenderunagn dari waktu ke waktu.
V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan
masalah dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan
hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan
pengorbanan (input) yang dipergunakan.
C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan
untuk melaksanakan pemecahan masalah.
Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
P = Prioritas atau pemecahan masalah.
Sama seperti metode yang lain dengan menggunakan skor, maka untuk mempermudah pengerjaan diperlukan adanya tabel. Hasil skor masing-masing masalah kemudian dihitung dengan rumus:
P = (M x V x I) : C
Prioritas masalah atau pemecahan masalah diperoleh dengan mengurutkan jumlah nilai P dari yang tertinggi sampai terendah. Contoh penggunaan metode Reinke adalah sebagai berikut:

7. Metode Bryant
Metode Bryant juga menggunakan skoring yang didasarkan pada kriteria:
P = Prevalence atau besar masalah yaitu jumlah atau
kelompok masyarakat yang terkena masalah.
S = Seriousness atau kegawatan masalah yaitu
tingginya angka morbiditas atau mortalitas serta
kecenderungannya.
C = Community concern yaitu perhatian atau
kepentingan masyarakat dan pemerintah atau
instansi terkait terhadap masalah tersebut.
M = Managebility yaitu ketersediaan sumber daya
(tenaga, dana, sarana dan metode/cara)
Skor masing-masing kriteria berkisar 1-5. Contoh pengunaan metode ini adalah sebagai berikut:


B. Metode Kualitatif
1. Metode Delphi
a. Teknik survei kepada para peserta yang relatif homogen baik pendidikan, keahlian dan pengalaman serta masing-masing peserta mempunyai data yang cukup.
b. Daftar pertanyaan (kuesioner) dikirimkan beberapa kali kepada peserta:
­ Kuesioner pertama: pertanyaan-pertanyaan umum
­ Kuesioner kedua: lebih khusus
­ Kuesioner ketiga: Khusus
c. Kosensus peserta dapat dipercepat dengan pengambilan suara
d. Diperlukan kecermatan dan kesabaran pihak pemberi kuesioner

2. Metode Diskusi atau Brainstorming Technique
a. Pemimpin diskusi adalah fasilitator.
b. Diperlukan fasilitator yang handal dan menguasai masalah.
c. Peserta diskusi ditantang untuk mengemukakan pendapat sebanyak-banyaknya tetapi menghindari saling kritik.
d. Peserta memiliki keahlian atau kemampuan dan pengalaman yang relatif sama.
e. Waktu efektif 1 jam dan peserta maksimal 10-12 orang.

3. Metode Brainwriting
a. Peserta 6-8 orang dengan keahlian dan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang relatif sama atau setara.
b. Pimpinan diskusi mengajukan masalah pada secarik kertas dan diletakkan di atas kertas.
c. Semua peserta membacanya kemudian menuliskan pendapatnya pada pada kertas-kertas yang ada. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai lengkap.
d. Kertas-kertas dibagikan lagi, kemudian peserta menambah atau mengurangi pendapatnya.
e. Semua pendapat ditulis di kertas atau di papan tulis kemudian didiskusikan untuk dicari pendapat yang terbanyak.
Daftar Pustaka
Azwar A., 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.
Chriswardani S. Metode Penentuan Prioritas Masalah. Bahan Kuliah Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro.

No comments:

Post a Comment